Arsip Blog

Nasihat Terakhir al-Akh al-Faadhil al-Ustaadz Aneuk Ibnu Saini bin Muhammad Musa (25-04-1979 — 25-06-2013) Rahimahullah

Tulisan berikut adalah kajian terakhir Ustadz Ibnu Saini rahimahullaah. Semoga ini menjadi catatan kebaikan yang terus mengalir untuk beliau, dan sebagai pengingat bagi kita bahwa maut adalah rahasia Allah yang bisa datang kapan saja. Semoga kita meninggal dalam keadaan husnul khatimah, aamiin Allaahumma aamiin…

# MENIT-MENIT DAN DETIK-DETIK TERAKHIR #

Nasihat terakhir al-Akh al-Faadhil al-Ustaadz Aneuk Ibnu Saini bin Muhammad Musa (25-04-1979 — 25-06-2013) rahimahullah

Tema: Taat kepada Ulul Amri (Penguasa)

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعود بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا. من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد

Ikhwatal Islam, kaum muslimin, pendengar radio Rodja dan tv Rodja yang saya cintai karena Allah subhanahu wa ta’ala.

Kalau kita tanya kepada sebagian besar kaum muslimin, tentang apakah kita boleh untuk keluar ke jalan, mengadakan demonstrasi dan unjuk rasa menentang kebijakan pemerintah muslim, pemerintah kaum muslimin yang sah di negeri kita ini? maka akan banyak dari saudara-saudara kita atau yang terbanyak dari kita kaum muslimin akan menjawab, iya, boleh, karena itu adalah hak kita sebagai rakyat untuk menuntut kepada pemimpinnya, ini yang mereka ucapkan. Tapi kaum muslimin sekalian, kalau kita mencari jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apa yang beliau ajarkan kepada kita di dalam Islam, justru akan kita dapati jawaban yang berbeda, di mana beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِ لَهُ عَلاَنِيَةً

Barang siapa yang ingin memberikan nasihat kepada pemimpinannya, kepada penguasanya, maka janganlah dia tampakkan nasihat itu di depan umum, di forum umum, di mimbar-mimbar Jumat atau di depan kaum muslimin.

فَلْيَأْخُذْ بِيَدِهِ

Kata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, hendaklah seseorang yang akan memberikan nasihat kepada pemimpinannya, dia menarik tangannya.

وَلْيَخْلُوْا بِهِ

Berdua dengannya.

فَإِنْ قَبِل فَذَاكَ وِإِلاَّ فَقَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ.

Kalau pemimpin ini menerima nasihat yang kita sampaikan maka itulah yang terbaik, dan bila tidak maka kita telah menunaikan kewajiban kita.

Inilah yang diajarkan oleh nabi kita yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berbeda dengan apa yang kita yakini, kaum muslimin, dan berbeda dengan apa yang kita amalkan saat ini dan hari ini, kaum muslimin. Di mana kaum muslimin apabila tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan pemerintahnya, pemimpinnya yang dari kaum muslimin, maka mereka keluar ke jalan-jalan, mengadakan unjuk rasa dan demonstrasi dan menyebarkan aib pemimpinnya di tengah-tengah masyarakat, mencela bahkan merendahkan pemimpinnya di tengah-tengah umat, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi mengatakan, barang siapa yang ingin memberikan nasihat hendaklah dia memberikan nasihatnya itu berdua dengannya, empat mata, tidak menampakkan nasihatnya itu di depan umum, atau di depan khalayak ramai, karena itu akan menjatuhkan martabat seorang pemimpin muslim di tengah-tengah mata rakyatnya.

[Lanjutkan Membaca]

One Day Seminar Islam Itu Ilmiah (Depok, 3 November 2012)